Oleh : Zakiah Fitri
Pelajar ini tertidur saat jam
istirahat di sebuah SMA Negeri ternama di Kota Malang. Beberapa tahun yang lalu
sebelum RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) dihapus, sekolah ini
termasuk kedalam RSBI, dan sempat menjadi pemenang lomba Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) serta mewakili Jawa Timur di UKS tungkat Nasional. Saya sedikit
heran, kenapa sekolah yang memenangi Usaha kesehatan sekolah ternyata ada saja
sudut-sudut yang menampakkan ketidaksehatan di dalamnya, salah satu contoh
adalah gambar diatas. Siswa dengan kaki yang kotor dan tidak memakai alas kaki
sedang tertidur pulas di kelas.
Sekolah
ini menerapkan sistem yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya, biasanya
Sekolah Menengah Atas pada umumnya masuk di hari Senin-Sabtu dan setiap hari
rata-rata masuk pagi jam 06.30 danpulang jam 14.00. Tapi sekolah ini menerapkan
sistem yang menurut saya aneh, sekolah masuk di hari Senin-Jum’at, dan selalu
masuk di jam 06.30 kemudian pulang di jam 16.00. Bukankah itu waktu yang
terlalu panjang untuk menghabiskan waktu di sekolah?
Para
pekerja saja diberi batas waktu kerja sesuai Undang-undang adalah 8 jam per
hari, sedangkan para siswa di sekolah ini harus menghabiskan waktu 9,5 jam di
sekolah. Ini bukan masalah alienasi/tidak teralienasi, tapi hal ini menurut
saya terlalu memberatkan siswa dan membebani mereka, belum lagi akhir pekan
yang seharusnya digunakan untuk istirahat dan merefresh otak justru digunakan
untuk tugas-tugas dan ujian-ujian yang harus dihadapi. Pantaslah jika siswa ini
tertidur begitu pulas, seolah sekolah telah membuatnya sangat lelah.
Masalah
tidur di kelas memang sering menjadi wacana, bahkan di novel-novel dan film
populer, budaya tidur di kelas sering diberi citra negatif, misalnya tidur di
kelas seringkali diidentiikan dengan begadang untuk main video game, begadang
untuk merokok dan miras hingga pagi, begadang untuk balapan liar di tengah malam,
dan sejuta stigma negatif lain tentang tidur di kelas. Semua guru di sekolah
bahkan sepakat bahwa pelajar yang tidur di kelas adalah tidak baik. Saya rasa
itu kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa.
Sebaiknya
kita lihat dari dekat sebelum menyalahkan pelajar yang tidur di kelas, sebagian
pelajar yang tertidur di kelas memang disebabkan hal-hal negatif seperti
diatas, tapi kita perlu tahu terlebih dahulu apa saja yang telah dilewati
pelajar dalam kesehariannya, apakah main video game, merokok hingga pagi,
balapan liar, atau bahkan mereka begadang karena sekolah yang memaksa mereka
untuk begadang?
Pada
dasarnya sekolah adalah bertujuan untuk belajar, menuntut ilmu. Tapi
kecenderungan yang terjadi saat ini adalah sekolah sudah berubah menjadi lokasi
pemeringkatan, bukan lagi lokasi belajar. Hal ini terlihat dari banyaknya
lembaga-lembaga bimbingan belajar yang muncul dengan menjanjikan prestasi
akademik siswa meningkat, lulus ujian, mendapat ranking dan sebagainya, bahkan
sekolah juga mewajibkan siswanya untuk ikut bimbingan belajar, padahal waktu
yang dihabiskan disekolah untuk belajar mata pelajaran-mata pelajaran akademik
sudah cukup panjang, haruskah ditambah lagi dengan les tambahan belajar? Jika
kebijakan semacam ini tetap berlaku, bahkan ditingkatkan, maka potret seperti
siswa diatas juga akan semakin banyak jumlahnya.