Rabu, 09 Juli 2014

Klise: Siswa Tidur di Kelas

Oleh : Zakiah Fitri          
           
Foto diambil tanggal 20 Januari 2013
   
            Pelajar ini tertidur saat jam istirahat di sebuah SMA Negeri ternama di Kota Malang. Beberapa tahun yang lalu sebelum RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) dihapus, sekolah ini termasuk kedalam RSBI, dan sempat menjadi pemenang lomba Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) serta mewakili Jawa Timur di UKS tungkat Nasional. Saya sedikit heran, kenapa sekolah yang memenangi Usaha kesehatan sekolah ternyata ada saja sudut-sudut yang menampakkan ketidaksehatan di dalamnya, salah satu contoh adalah gambar diatas. Siswa dengan kaki yang kotor dan tidak memakai alas kaki sedang tertidur pulas di kelas.
            Sekolah ini menerapkan sistem yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya, biasanya Sekolah Menengah Atas pada umumnya masuk di hari Senin-Sabtu dan setiap hari rata-rata masuk pagi jam 06.30 danpulang jam 14.00. Tapi sekolah ini menerapkan sistem yang menurut saya aneh, sekolah masuk di hari Senin-Jum’at, dan selalu masuk di jam 06.30 kemudian pulang di jam 16.00. Bukankah itu waktu yang terlalu panjang untuk menghabiskan waktu di sekolah?
            Para pekerja saja diberi batas waktu kerja sesuai Undang-undang adalah 8 jam per hari, sedangkan para siswa di sekolah ini harus menghabiskan waktu 9,5 jam di sekolah. Ini bukan masalah alienasi/tidak teralienasi, tapi hal ini menurut saya terlalu memberatkan siswa dan membebani mereka, belum lagi akhir pekan yang seharusnya digunakan untuk istirahat dan merefresh otak justru digunakan untuk tugas-tugas dan ujian-ujian yang harus dihadapi. Pantaslah jika siswa ini tertidur begitu pulas, seolah sekolah telah membuatnya sangat lelah.
            Masalah tidur di kelas memang sering menjadi wacana, bahkan di novel-novel dan film populer, budaya tidur di kelas sering diberi citra negatif, misalnya tidur di kelas seringkali diidentiikan dengan begadang untuk main video game, begadang untuk merokok dan miras hingga pagi, begadang untuk balapan liar di tengah malam, dan sejuta stigma negatif lain tentang tidur di kelas. Semua guru di sekolah bahkan sepakat bahwa pelajar yang tidur di kelas adalah tidak baik. Saya rasa itu kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa.
            Sebaiknya kita lihat dari dekat sebelum menyalahkan pelajar yang tidur di kelas, sebagian pelajar yang tertidur di kelas memang disebabkan hal-hal negatif seperti diatas, tapi kita perlu tahu terlebih dahulu apa saja yang telah dilewati pelajar dalam kesehariannya, apakah main video game, merokok hingga pagi, balapan liar, atau bahkan mereka begadang karena sekolah yang memaksa mereka untuk begadang?

            Pada dasarnya sekolah adalah bertujuan untuk belajar, menuntut ilmu. Tapi kecenderungan yang terjadi saat ini adalah sekolah sudah berubah menjadi lokasi pemeringkatan, bukan lagi lokasi belajar. Hal ini terlihat dari banyaknya lembaga-lembaga bimbingan belajar yang muncul dengan menjanjikan prestasi akademik siswa meningkat, lulus ujian, mendapat ranking dan sebagainya, bahkan sekolah juga mewajibkan siswanya untuk ikut bimbingan belajar, padahal waktu yang dihabiskan disekolah untuk belajar mata pelajaran-mata pelajaran akademik sudah cukup panjang, haruskah ditambah lagi dengan les tambahan belajar? Jika kebijakan semacam ini tetap berlaku, bahkan ditingkatkan, maka potret seperti siswa diatas juga akan semakin banyak jumlahnya.