Minggu, 24 Juli 2016

Agama Marxis

Pertama kali melihat buku yang ditulis Omar Hashem ini, aku pikir isinya bakalan ngomongin soal ateisme ala Marx, turunannya, dan sejarahnya di masa lalu serta nyrempet-nyrempet ke arah ideologi utopis yang diimpikan marx. Namun membaca lembar-demi lembar, isinya tidak demikian. Banyak tulisan tentang kekristenan, memang sejarah ateisme dipaparkan dalam beberapa titik, namun kerangka tulisannya banyak menyentuh aspek historis ateis dalam bingkai masyarakat kristen. Bahkan sejarah singkat injil/bibel , aliran-alirannya diurai cukup padat, ringkas namun cukup memberi gambaran ateisme dari kerangka kekristenan. Ya, mungkin memang perlu dijelaskan, karena apa yang selalu disebut orang sebagai “dedengkot ateis” kurang lebih sebagian besar tidak bisa dilepaskan dari aspek kultural-historis dinamika masyarakat eropa.

Bagi orang sepertiku, yang sama sekali awam dengan kekristenan, aliran-aliran dan sekte di dalamnya, apa lagi aspek historisnya, tentu saja ini adalah pengetahuan baru. Namun saya sarankan setidaknya sebelum membaca buku ini, milikilah sedikit saja wawasan tentang kekristenan, itu akan cukup membantu mempercepat tempo membaca.


Kalau secara subjektif dan jujur, bagian buku ini menurutku menarik pada bagian awal dan akhir saja. Bagian tengahnya agak cukup membosankan (mungkin karena berbeda dari ekspektasiku ketika membaca judulnya). Tapi syukurlah, penulisnya menyelipkan kata-kata kutipan dari tokoh terkenal yang memang membuat kantuk mata mendapatkan antitesisnya (walah!). Di bagian akhir ada epilog dari Nurcholis Madjid, berisi beberapa penjelasan mengenai kategori ateisme dan juga opininya tentang bagaimana seorang muslim sebaiknya menyikapi ateisme. Tetap ada subjektivitas Nurcholis disana, tidak masalah, ini epilognya.

Ya, akhir kata, buku ini adalah buku yang lumayan serius, dengan bahasa Indonesia yang relatif tidak sulit untuk dipahami dan bisa dijadikan teman santai ketika sore hari, namun jangan terlalu berharap banyak dari judulnya.